Kamis, 05 Agustus 2010

Kenang


aku mengingatmu. saat butirbutir gerimis mengeja lekuk tubuh kita. di sebuah senja. kaki kita saling bertutur tentang jalan yang kecut, oleh keringat. juga dakidaki ibukota di atas jembatan penyebrangan, sekitar semanggi.

tubuh kita saling mengutuk gigil. air bah yang buat kita basah, resah. ganjil, dengan keadaan walau payung telah kau pegang, di tangan kanan. lalu rasa merapat. berbagi hangat. dalam hitungan detak jantung pun kian cepat. cipta debaran binal. paruparu pun anfal.


lalu kita kian sibuk menata bubuk peluru, katakata. agar tepat ditembakkan ke jantung lawan bicara. telunjuk kian sibuk memisalkan keadaan. tentang teriakan kenek pada penumpang. atau pada jajanan yang ditawarkan pedagang. tak juga kau mulai. egomu tak juga mengurai. hingga jenuh mulai menegur, perpisahan.


lalu kita kian dungu, oleh arti sebuah sederhana. saat segalanya di mulai lalu tercerai. tapi maaf kali ini nyalimu tak setajam rindu, untuk mengerti tentang memiliki.








Mata Hati


mata itu tanpa nyali
tanpa simpul temali

karna hati tak serupa puisi








kematianku kali ini
IG Randa

Tidak ada komentar: