Jumat, 16 Juli 2010

Titismu Puisiku

Kau bilang, senja tlah retak, terkoyak.
Lalu sekarat.

Kubilang, nikmat. Dengan sayatan belati katakata.

Kau lihay, memainkan puisi, meramu racun di antara lekukan hurufhurufnya.
Mata aksaramu menghujam, sukma.
Aku terperdaya, terseret pusaran ilalang. Hingga hilang, kesadaran.
Saling candu tanpa rupa. Lalu degupdegup liar mulai bersenyawa. Siap menghakimi jiwajiwa kita.


“Sayang, jejakmu semalam menyisakan tangis tertahan. cukup sunyi semenit tertanggal, di antara riuh tepuk tangan, yang tak lelah mengungkap kebahagiaan. klimaks kita mencapai langitlangit malam. hingga cipta butirbutir perasan, yang gugur satu satu di halaman. lalu degup malam berpijar pada kesunyian. meruang pada kepekatan hitam biji matamu. lihatlah masih ada sisa anomali cintamu melompatlompat di retina, hatiku”



Kini kita saling mengejar haru, gelisah.
Lalu slokisloki di tangan, kian resah.
Tak sabar tuangkan kembali, agar kita mabuk.
Terlupa, kenyataan tentang liurliur mimpi semalam.
Walau kita tau, tak punya hak mengaminkan sgala perumpamaan.


Kekasih,
kau beri aku ruh, tetesan tinta sunyi.
Dengan pena rusuk, sisi kiri.
Ada titismu di tiap puisi, dari rahim kuncup melati.



------------------------


@kau ingin kenangan
maka kuberi angan, kupahat pada kening malam


@ada wajah rapuh terbayang di pekat kopi hitam siang ini,
kecewa serupa getir tlah kutelan manis.
walau lambungku meringis...
ada gegap di pelupuk mata kelam
jejakmu tak tereja semalam

kauku rindu...




IG Kembara

Tidak ada komentar: